Memanasnya Konflik Iran-Israel: Rudal Balistik, Serangan Balasan, dan Korban Pertama
Memanasnya Konflik akibat pecahan rudal Iran dinyatakan meninggal dunia. Insiden ini terjadi di Kota Ramat Gan, menandai korban jiwa pertama di pihak Israel sejak Iran melancarkan hujan rudal balistik ke berbagai wilayah negeri tersebut. Berita ini turut dikonfirmasi oleh CNN International, mempertegas eskalasi konflik dua kekuatan besar di Timur Tengah.
Serangan ini merupakan bagian dari respons militer Iran terhadap serangan udara Israel yang terjadi pada Jumat dini hari, 13 Juni. Dalam serangan tersebut, Israel menargetkan sejumlah situs penting milik Iran, termasuk fasilitas nuklir, pusat pengembangan rudal balistik, hingga lokasi yang diyakini menjadi markas ilmuwan dan pejabat militer tinggi negara tersebut. Salah satu target paling sensitif adalah fasilitas pengayaan uranium utama di Natanz, yang dilaporkan mengalami kerusakan parah. Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, bahkan mengonfirmasi adanya kontaminasi radiologis dan kimia di lokasi tersebut.
Baca Juga : Klasemen F1 2019 Usai Bottas Menangi GP Australia
Tak hanya menyerang infrastruktur, serangan Israel juga menewaskan sejumlah tokoh penting Iran. Di antaranya adalah Kepala Garda Revolusi Islam Iran (IRGC), Hossein Salami, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Mohammad Bagheri, dan penasihat senior Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, yaitu Ali Shamkhani. Kehilangan tokoh-tokoh kunci tersebut mengguncang struktur komando militer Iran dan menyulut gelombang kemarahan di dalam negeri.
Sebagai balasan, Iran meluncurkan ratusan drone ke arah Israel, meski sebagian besar berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Israel dan bantuan militer dari Yordania. Namun balasan itu belum selesai. IRGC kemudian mengonfirmasi bahwa mereka telah menargetkan puluhan titik strategis di Israel menggunakan rudal balistik, termasuk situs militer dan pangkalan udara.
Situasi ini menciptakan ketegangan yang belum pernah terlihat sejak konflik regional sebelumnya. Kedua negara saling mengklaim tindakan mereka sebagai pembalasan yang sah, namun warga sipil menjadi korban utama dari eskalasi kekerasan ini. Serangan silih berganti dalam waktu singkat memperlihatkan betapa cepat konflik bisa berubah menjadi perang terbuka.
kini menahan napas, khawatir bahwa konflik terbatas ini bisa merembet menjadi perang besar yang melibatkan negara-negara sekutu kedua pihak.
Konflik ini tidak hanya berdampak pada kawasan Timur Tengah, tetapi juga menimbulkan ketegangan di panggung geopolitik global. Masyarakat internasional dihadapkan pada tantangan besar: mencegah konflik meluas dan menyeret dunia ke dalam krisis yang lebih dalam.
